Tau-tau anakku masuk SMP! Iya, dari judulnya udah ketauan, ya, SMP mana 👀👀👀
Ya, ampun, waktu emang cepet banget, ya. Kayanya, baru kemaren pusing milih SD. Survei beberapa SD swasta di Tangerang Selatan, hingga akhirnya melabuhkan hati di SD Al Fath, Cirendeu. Eh, tahun ini anaknya mau masuk SMP!
Huwaaaaa…
Anaknya udah makin gede, makin mandiri, makin banyak mau, makin susah diunyel-unyel. Huhuhu... Kangen sama bocah yang bawaannya ngekor mulu ke mana-mana, ikut ibu kerja sambil bawa mainan kereta-keretaan, Thomas and Friends.
Sekarang mah, kalau diajak pergi jalan, udah tanya, “Mau ngapain? Berapa lama di sana?” Kalau nggak menggoda, anaknya lebih milih di rumah. Ok sip!
Nah, balik lagi ke masalah sekolah. Kemeren, tuh, sempet pusing nentuin SMP Bumi. Cuma kadar pusingnya memang nggak separah pas milih SD. Tapi yang jelas, saya dan suami sepakat mau masukin Bumi ke sekolah swasta lagi.
Kenapa SMP Swasta Lagi?
Kami pikir, masa SMP itu cukup krusial. Anak ABG, lagi masa transisi, lagi pengen coba-coba. Katanya, nih, anak yang bandel dimulai dari SMP. Jadi, lingkungan sekolah, jadi salah satu pertimbangan yang penting. Ternasuk sistem dan kurikulum sekolahnya kaya gimana, sih? Guru-gurunya seperti apa? Eh, pertimbanghan ini sebenernya nggak cuma pas SMP aja, sih. Dari SD sampai SMA, ya, lingkungan emang salah satu prioritas.
Nggak cuma itu, hal yang kami pikirin juga soal gaya hidup anak-anak di sana. Kira-kira, kaya gimana, ya? Berkaca sama diri sendiri pas ABG, gue dan Doni cukup sadar kalau lingkungan pertemanan itu punya pengaruh besar. Buat anak remaja, mereka kan lagi masa-masanya pengen diterima di lingkungan.
Jadi saat milih sekolah, kami juga harus realistis. Ngukur sama kemampuan.
Pertimbangan lain, ya aja terkait sama fasilitas sekolahnya. Lengkap apa nggak? Kalau soal biaya, mah, ya udah nggak perlu dijelasin lagi yaaaa…sekolah swasta jelas butuh biaya yang jauh lebih besar. Khususnya untuk uang pangkal. Makanya tuh, para financial planner udah selalu ingetin, kalau dana pendidikan itu perlu disiapin. Pelan-pelan. Jadi nggak siiyoook pas mau bayar uang pangkalnya.
Kalau untuk SPP, ya, tentu saja tinggal diseusaikan sama cash flow bulanan. Cukup apa nggak? SPP ini juga pakai plus-plus. Plus uang ekskul, uang kegiatan, uang 'plus plus' lainnya. Ngomongin soal uang 'plus plus' ini memang perlu dicari tau, sih. Jangan sampai meleset jauh dari dana yang udah disiapin.
Memilih Labschool, Cirendeu
Nah, beberapa tahun lalu pas tau kalau ada pembangunan Labschool di Cirendeu, udah langsung bilang ke Doni, “Wah, Bumi SMP di sini aja, ya. Mudah-mudahan aja jodoh,”.
Kebetulan, lokasinya emang deket banget sama SD Al Fath.
Jadilah akhir tahun lalu langsung beli formulirnya, bahkan satu-satunya formulir SMP Swasta yang dibeli. Mikirnya mah, kalau memang Bumi nggak lolos, baru deh, beli formulir yang lain. Sayang juga kan kalau beli formulir banyak. Oh, ya, kemarin beli formulirnya Rp 400 ribu.
Berhubung kelewatan sesi school tour-nya, akhirnya nguhubungin pihak sekolah. Syukurnya dikasih waktu untuk kunjungan. Jadilah kami bertigaan main ke sana. Disambut sama salah satu gurunya, cuma kok lupa ya, siapa nama beliau.
Setelah ngobrol, sempet diajak keliling juga lihat fasilitas yang disediakan di sana. Namanya juga bangunan baru, ya, jadi memang masih kinclong banget. Fasilitasnya juga komplet. Seneng banget pas masuk ruang seninya. Liat lukisan anak-anak di sana,
“Woooow… bagus-bagus banget.”
Udah gitu, perpus dan dan ruangan ruangan lobalatoriumnya juga bagus banget!
Jadi inget sama ruangan laboratorium zaman SMP dulu… hahahaa…. Bagai langit dan bumi, heee.
Cuma pas perjalanan pulang, Bumi sempet komentar soal jam masuknya. Kok pagi banget, ya? Secara 6 tahun, anak ini kebiasaan masuk jam 07.45 WIB. Sedangkan di Labschool Cirendeu, masuknya jam 7 kurang.
Di semua Labschool, ternyata dalam beberapa hari dalam seminggu juga ada kegiatan bareng, Mulai dari baca kitab suci, sama ada kegiatan olah raga bareng setiap hari Jumat.
Pertengahan bulan Februari ini akhirnya Bumi tes. Sebelumnya udah ada trial dulu, sih. Supaya anak dan orang tua kebayang gimana proses ujiannya. Jadi, bentuk ujiannya itu dibagi jadi 5 tahapan. Di antaranya ada numeratif, akademik, dan literasi. Setiap tahapan ini jadi ada jatah waktunya.
Pertanyaan akan langsung ke submit dan akan hilang kalau waktunya habis. Sistem penilaian juga pakai minus kalau jawabannya salah. Ujian ini juga serentak untuk seluruh Labschool.
Berhasil Lulus Labschool, Cirendeu
Yah, konon kan saingannya cukup banyak ya… udah gitu pas ujian Bumi juga sempet komentar kalau soal matematikanya cukup sulit.
Belum lagi kalau inget, beberapa temennya Bumi yang ngincer di Labschool ternyata ikutan bimbingan belajar dulu. Sementara Bumi, nggak. Cuma modal belajar sama bapaknya. Itu pun pakai sistem kebut semalam. Latihan soal sampai nguap-nguap.
Kemarin aja sempet nyesel, kan udah niat masukin anaknya ke Labschool, nih, ya... kenapa juga anaknya nggak ikutan bimbingan belajar? Hhhh.. penyesalan memang selalu datang belakangan, bun. Makanya, begitu lihat Bumi dinyatakan lolos, seneng bukan main!!!! Alhamdulillah.
Tahun ini uang pangkal Labschool Rp 33 juta, ini belum termasuk uang seragam, uang kegiatan yang akan dibayar tiap tahun. Kalau untuk SPP, angkatan Bumi kenanya Rp 1,9 juta. Ini berlaku mulai kelas 7 sampai 9. Jadi nggak ada kenaikan lagi, nih. Cuma nanti, tiap bulan akan ada tambahan uang ekskul yang dipilih dan bayar native tiap semester.
Sekarang tinggal bayar uang pangkalnya aja, deh!
*menatap nanar saldo yang berkurang*