"Dis....temen aku ada yang meninggal. Dadakan banget. Sebelumnya dia lagi main sama anaknya, tapi tiba-tiba ngerasa nggak enak badan. Nyesek. Nggak ketolong."
Beberapa waktu lalu, suami kehilangan salah satu rekan kerjanya. Meskipun nggak terlalu kenal, dengernya nyess banget.
Kebayang gimana istrinya. Diusia yang masih muda, sudah ditinggal suami dengan cara yang begitu mendadak. Mau nggak mau, harus lanjutin hidup dan ngurusin anak yang masih batita sendirian.
Peristiwa kaya gini, mungkin udah cukup familiar, ya. Tiba-tiba aja denger kabar duka kepulangan temen, sahabat, saudara, atau bahkan pasangan sendiri? Ngebayanginnya aja udah bikin jantung mencelos.
Paham, kalau umur memang jadi rahasia-Nya. Tapi paling nggak, lewat peristiwa kaya gini seharusnya bikin jadi lebih mawas diri. Khususnya soal kesehatan.
Sejak resmi menyandang status jadi orangtua, mau nggak mau pola hidup memang harus diubah. Biar gimana, ada satu doa yang nggak pernah putus dan lupa untuk terus dipanjatkan.
Bisa ngeliat dia lulus sekolah, punya gelar, kerja, punya kontribusi buat lingkungannya, nikah, punya anak... Bisa lihat Bumi tumbuh besar, sehat dan bahagia, tentunya saya dan suami pun harus sehat.
Ya, jangan sampai sih menua dengan kondisi sakit-sakitan. Nggak mau juga sampai nyusahin anak atau keluarga. Ngebayangin bisa temenin cucu main di taman, main perang-perangan, role play atau sekadar temenin beli es krim di akhir pekan, kok, kayanya bahagia banget, ya?
Mungkin kelihatannya sangat sederhana, ya? Tapi buat mencapainya tentu aja nggak mudah.
Supaya semuanya bisa terwujud, ya, salah satu kuncinya tentu aja perlu dimulai dengan pola hidup sehat dulu. Terus sekarang pola hidupnya udah bener? Ya, jelas aja belom. Masih jauh dari kata sempurna.
Makanya, nih, di penghujung tahun 2019, resolusi tahun depan nggak mau muluk-muluk. Paling utama, ya, benerin aja dari sini dulu. Mudah-mudahan aja ini jadi langkah awal untuk mencegah berbagai penyakit. Macam hipertensi, stroke atau penyakit jantung.
Penyakit ini kan memang bisa dialamin siapa pun juga. Apalagi penyakit jantung. Tua, muda, ibu hamil, bayi, baik laki-laki atau perempuan. Sayangnya, penyakit jantung pada perempuan justru gejalanya sering terabaikan.
Fakta ini dipaparin dr Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam sebuah acara kesehatan. Sedih, ya?
Dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 bisa dilihat kalau prevalensi penyakit jantung pada perempuan cukup tinggi yakni sebanyak 1,6 persen yaitu 2.110.000 jiwa. Sedangkan pria berada di 1,3 persen sebanyak 1.865.000. Data ini jadi bukti kalau perempuan lebih berisiko ngalamin serangan jantung.
Menurutnya ciri-ciri penyakit jantung memang nggak sama. Bahkan perempuan punya tanda serangan jantung juga beda.
Menurut dr. Sally kadang ada yang nggak ngerasa sakit dada. Tapi ada juga yang bilang kalau ngerasa dadanya seperti ada yang nindihin satu ton, timbul rasa nggak nyaman, pegal sampai ke punggung, sesak napas, ngerasa capek, berkeringat nggak normal, sampai ngerasin maag, atau sakit ulu hati.
Padahal, penyakit jantung ini bisa dicegah, loh.
Selain memang harus ngehindarin rokok. dr. Sally bilang, kalau merokok, itu sangat 'diharamkan'. "Terutama untuk perempuan, karena risikonya untuk macam-macam itu lebih tinggi. Bahkan, untuk perokok pasif. Jangan salah nikotin itu bisa nempel di baju."
Selain memang harus ngehindarin rokok. dr. Sally bilang, kalau merokok, itu sangat 'diharamkan'. "Terutama untuk perempuan, karena risikonya untuk macam-macam itu lebih tinggi. Bahkan, untuk perokok pasif. Jangan salah nikotin itu bisa nempel di baju."
Informasi yang nggak kalah menarik, dr. Sally juga bilang, untuk mencegah penyakit jantung pada perempuan, penting banget buat ngehindarin stress, jangan sampai depresi.
Depresi, jangan salah depresi pada perempuan4r bisa mengganggu hormonal. Dan hormonal imbalance ini bisa mempengaruhi fungsi dari organ jantung.
Makanya, dr Sally, ingetin kalau perempuan itu perlu belajar mengelola emosi yang baik. Supaya nggak gampang marah dan stress. Biar mood lebih baik.
"Ada penelitiannya, kalau perempuan sudah depresi, ya, nggak hanya serangan jantung saja yang bisa terjadi, tapi hormonal imbalancenya yang tadi itu bisa membuat hipertensi, dan gangguan gula. Bagi perempuan itu lebih sensitif ya," katanya.
Vitamin D Bisa Mencegah Depresi
Ngomongin soal ngelola emosi dengan baik, ini sih masih jadi PR besar buat saya. Paling nggak saya cukup sadar diri kalau urat sabarnya cukup pendek. Gampang banget 'ngegass', ngomong suka kenceng macem motor Dodge Tomahawk yang katanya bisa melesat hingga 675 km/jam.
Nah, kebayang nggak gimana kalau saya lagi emosi?
Untung aja kalau di rumah ada suami yang nggak pernah capek ngingetin. Sekarang, karena anaknya juga udah gede, dia juga udah jauh lebih speak up. Kalau liat ibunya udah mulai emosi, langsung bilang, "Ibu nggak usah marah gitu, dong."
Balik lagi ke soal vitamin, ternyata vitamin D itu emang fungsinya banyak banget! Selama inikan orang-orang taunya manfaat utama Vitamin D untuk kesehatan tulang. Padahal mah.... Vitamin D itu super banget karena fungsinya bejibun. Termasuk ngurangin perasaan depresi.
Dikutip dari laman HalloSehat, vitamin D ini punya peran besar jaga kesehatan mental. Bahkan ini sudah diteliti lebih dari satu dekade terakhir. Salah satu penelitian menyatakan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian vitamin D mengurangi jumlah gejala yang dialami oleh penderita depresi. Kondisi depresi yang disebabkan Seasonal Affective Disorder (SAD) yang terjadi di musim dingin juga berkaitan dengan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh.
Nah, mengingat udah mulai musim hujan yang bikin cuaca jadi dingin, nggak ada salahnya sih, kalau mulai nyiapin diri. Termasuk stok vitamin termasuk vitamin D, misalnya.
Tapi tunggu dulu, minum vitamin juga nggak bisa sembarangan sih. Bukan berarti supaya sehat, segala vitamin dan suplemen diminum. Ya nggak gitu juga. Prinsipnya mah, apa pun yang berlebihan nggak baik. Jadi jangan kebablasan aja.
Terus, berapa banyak vitamin yang dibutuhin? Perlu vitamin apa aja, sih?
Jovee memang concern dengan dunia kesehatan, bisa dibilang semacam apotek digital di dalam genggaman.
Ya memang sih, aplikasi Jovee ini fokusnya ke vitamin atau suplemen aja. Artinya memang nggak bisa beli obat-obat secara bebas. Tapi lebih memudahkan dalam pembelian suplemen. Tenang aja, orang-orang di balik aplikasi ini semuanya terpercaya dan aman kok, karena memang ditangani langsung oleh apoteker. Harganya juga boleh diadu.
Jadi, saat download Jovee, di awal kita harus isi data dulu. Nggak cuma nama atau usia, tapi lebih ke segala sesuatu yang bisa gambarin kondisi kesehatan kita. Misalnya, nih, pertanyaan semacam, profil pekerjaan. Seberapa sering aktivitas di luar atau dalam ruangan, berapa lama gunain laptop, bahkan ada pertanyaan seputar kondisi kesehatan kulit.
Makanya, untuk jawab pertanyaan harus jujur.
Nah, dari situ deh, bisa disesuaikan sama kebutuhan vitamin atau suplemen apa. Soal harga juga nggak perlu khawatir, sih. Bisa ngikutin sama budget kok. Mulai dari pilihan yang basic seharga 99 ribu, standar, premium, sampai yang harganya satu jutaaan untuk paket ultimate.
Dan ini sudah bisa dikonsumsi buat sebulan, loh. Kalau sudah dipilih, pesan, bayar, cuzz... Langsung dikirim.
Dan ini sudah bisa dikonsumsi buat sebulan, loh. Kalau sudah dipilih, pesan, bayar, cuzz... Langsung dikirim.
Kebetulan waktu acara peluncurannya saya dateng bereng temen-temen media dan blogger.
Nah, waktu itu Natali Ardianto, selaku CEO Jovee juga sempet mention soal kebutuhan Vitamin D.
Lewat riset yang sudah dilakukan bersama seluruh timnya, memang banyak data yang mempelihatkan kalau Vitamin D itu banyak banget. Selain untuk kesehatan tulang, manfaat vitamin D yang lain juga sangat baik buat kesehatan kulit karena bantu ngilangin jerawat. Termasuk bantu proses kemoterapi untuk penderita cancer, dan bantu ngurangin depresi.
Sayangnya, menurut data yang diungkapkan Natali, 95% perempuan di Indonesia kekurangan vitamin D. Soalnya, saat cahaya matahari yang ngeluarin Vitamin D keluar, justru sudah banyak yang di dalam ruangan buat kerja.
Sayangnya, menurut data yang diungkapkan Natali, 95% perempuan di Indonesia kekurangan vitamin D. Soalnya, saat cahaya matahari yang ngeluarin Vitamin D keluar, justru sudah banyak yang di dalam ruangan buat kerja.
"Saat pukul 9-10 masyarakat sudah di dalam ruangan untuk kerja, padahal saat tersebut yang tepat untuk menyerap Vitamin D," katanya.
Sementara kalau cuma ngandelin dari makanan aja, kebutuhan vitamin itu memang belum tercukupi. Makanya butuh asupan suplemen multivitamin.
Jadi gimana? Supaya tahu kebutuhan vitaminnya apa aja, nggak ada salahnya lho unduh aplikasi Jovee. Nanti bisa langsung dapat rekomendasi vitamin yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Toh, aplikasi ini juga udah tersedia di App store dan Google Play.
Jadi buat apa nunggu lagi?
Jadi buat apa nunggu lagi?
Perasaan akutu udah mulai menjalani hidup sehat, tapi tetep jauh dari sempurna apalagi kebutuhan nutrisi makanan dan suplemen yang dibutuhkan tubuh harus sesuai.
BalasHapusHiks, suka melow kalo ngomongin anak ya, pengennya mendampingi sampe kelak dewasa.
Sehat..sehat..sehat buat kita semuaaaa.
Aamiin ya rabbal alamin....semoga sehat terus ya, teh....sekarang mah tinggal gimana kita yg mau usaha, ya... 😘
Hapus