Ketika Anak Preteen Mulai Bertanya Soal Pacaran dan Ciuman - Adisty Titania

Kamis, 08 Agustus 2019

Ketika Anak Preteen Mulai Bertanya Soal Pacaran dan Ciuman

"Ibu.. Perempuan itu senang sama cowok kaya apa sih?" 
"Ibu, dulu seneng sama bapak, karena bapak ganteng?" 
"Bapak itu pacar ibu yang keberapa?" 
"Pacaran itu, harus sudah dewasa, ya?" 
"Ibu masih inget nggak pertama kali cium bapak kapan? Ibu deg degan nggak waktu dicium sama bapak?"



***

Yak! Si anak 9 tahun pertanyaannya udah makin kompleks!

Kira-kira, nih, kalau anak tiba-tiba nanya pertanyaan kaya gini, harus gimana?

Didiemin aja karena keburu pusing duluan? Atau jawab aja sekenanya....?

Ya, nggak dua-duanya, sih.... 😆😆😆

Gue inget banget, setiap kali wawancara sama psikolog, mereka selalu bilang, kalau anak tanya, ya, harus dijawab dengan bener, soalnya apa yang kita sampaikan ke anak pasti akan nempel.

Kalau bingung jawabnya? Ya tunda aja... Tapi pastikan harus kasih jawaban pada saat kita tau mau jelasin apa ke anak. Ya, anggep aja sebagai utang, gitu.

Hal ini tentu aja juga berlaku sama pendidikan seks.

Satu hal yang pasti, sebagai ibu, gue seneng banget saat Bumi berani tanya dan cerita ke ibunya. Dari sini gue jadi tau kalau Bumi cukup nyaman dan percaya ke ibunya.

Bilang apa? Alhamdulillah.... 🤲🤲🤲🤲

Sebenernya, pertanyaannya soal pacaran udah pernah Bumi tanyain. Bahkan dari dia zaman TK.

Iya, iya... anak zaman sekarang itu emang cepet gede dan jauh lebih kritis. Jadi, nggak perlu kaget kalau si anak TK sesekali ngomong kalau dia suka sama temennya. Plus tanya-tanya soal pacaran itu apa.

Setelah tanya ke psikolog, emang ini wajar kok. Bahkan dulu udah sempet gue tulis artikelnya di mommiesdaily.

Salah satu hal yang perlu diinget, kalau anak tanya sesuatu, misal soal pacaran itu apa, tanya balik dulu. Apa yang dipahami soal pacaran. "Menurut kamu, pacaran itu apa?"

Biar gimana, konsep pacaran yang dipikirin anak itu pasti akan berbeda sama kita. Jadi nggak perlu parno mikir yang nggak-nggak duluan.

Beruntung banget, udah sempet ngobrol sama Mbak  Vera Itabiliana soal ini. Pesennya, di sini kuncinya orangtua memang perlu membangun komunikasi yang baik.

Supaya bisa diskusi, termasuk soal seks dan pubertas kepada anak. Caranya jadi pendengar aktif. 


Katanya, "Intinya, ajak anak diskusi. Bukan kasih nasihan yang panjang lebar."

Jadilah, pas Bumi tanya-tanya soal pacaran, gue berusaha untuk jadi pendengar yang baik. Memposisikan diri jadi temennya.

Mungkin konsep pacaran yang dipahami Bumi pas TK dan sekarang ketika kelas 4 udah jauh beda. Lah wong, sekarang pertanyaannya aja udah makin detail dan rumit. Macam tanya, "Ibu masih inget nggak kapan dicium sama bapak?"

Gue sendiri kurang paham, kenapa Bumi bisa ngajuin pertanyaan kaya gini... Umh, kayanya sih, selain memang mulai naksir-naksiran, anak ini juga keingetan film Spiderman Far From Home.

Soalnya pas ngobrol kemarin, Bumi sempet bilang..."Bu... Aku tuh kok jadi kaya Spiderman, deh."

*Ehhh, gimana? Kaya Spiderman?* 🤔🤔🤔🤔

Karena nggak paham, ya, gue tanya balik... "Maksudnya kaya Spiderman, tuh, gimana?"

"Itu, loh, Bu...waktu ketemu sama Mary Jane, Spiderman kan tuh kaya akward gitu... Bingung. Aku tuh juga ngerasa kaya gitu....

Gue : "Ooooooooo.....iya...." 
*Ibu manggut-manggut*

Baiklah. Fix. Anak ini memang sudah masuk usia preteen. Ibu harus banyak bekelin diri. Biar gimana, tantangan punya anak preteen makin besar.

Salah satunya, ya, ini... Soal dampingin anak kenal dengan konsep pacaran. Mbak Vera bilang, kalau zaman sekarang ini orangtua memang nggak bisa nutup mata bawah anak-anak pra remaja sudah tahu apa itu pacaran. 

Tinggal kita sebagai orangtua perlu membicarakan batasannya seperti apa, dan kapan saat yang tepat anak berpacaran.

Sejauh ini, sih, gue bilang ke Bumi, kalau suka atau senang sama temennya, nggak apa. Itu perasaan yang sangat wajar. Terus, ceritain deh pengalaman pribadi. Baru masuk ke cerita kalau ibunya ini baru pacaran itu saat udah besar, sudah dewasa.

Berkaca dari Film Dua Garis Biru


Waktu ngobrol sama Bumi, gue jadi keingetan sama Film Dua Garis Biru. Film remaja yang belakangan ini lagi santer dibahas sama bu ibu, karena filmnya emang sebagus itu!

Selain film Posesif, film Dua Garis Biru jadi film yang perlu banget ditonton orangtua yang punya anak remaja. Bahkan, buat orangtua yang punya anak preteen kaya gue.

Nah, dari sekian banyaknya scene yang 'ngena' banget, selain di UKS tentunya, gue paling seneng scene saat Bima bantuin ibunya, Cut Mini, bungkusin kue di rumahnya.

Adegan di sini tuh, negesin banget kalau hubungan komunikasi dengan anak itu memang harus dibangun sedini mungkin. Penting bagi orangtua untuk bisa menciptakan kumunikasi yang 'hangat' supaya anak mau terbuka.

"Coba kita sering ngobrol kaya gini, ya, Bim.... "
"Kamu memang nggak pinter, tapi ibu tau kamu anak baik,"


Dialog ini bener-bener bikin gue kray....asli deh!

Di scene ini, ada dialog lain yang cukup nempel di kepala gue, saat Cut Mini bilang :

"Padahal, ibu dulu selalu tutup mata kamu lho, kalau ada adegan dewasa di film.”


Kemudian Bima jawab, “Memangnya, ayah sama ibu dulu harus liat film dulu baru bisa ciuman?”

Hahahaha, ya, bener juga sih. Ciuman inikan semacam dorongan alamiah, ya... Naluri aja, gitu.

Dialog ini juga bikin gue bertanya-tanya, jadi sebenernya perlu nggak sih, nutupin adegan ciuman saat anak nonton film? Misalnya, adegan saat Spiderman cium Mary Jane.

Soalnya, selama ini gue memang nggak pernah nutupin ke Bumi. Dengan catatan, memang ciumannya bukan yang 'gimana-gimana'.

Jadi gimana, perlu nggak nih, nutupin mata dan larang anak liat scene ciuman dalam film?


Waktu ngobrol sama Mbak Nadya Prameswari dari Rumah Dandelion, Mbak Nadya sih bilang, memang nggak perlu nutupin ke anak.

"Ya, ciuman, pelukan itu kan ekspresi kasih sayang... Nggak cuma pas di film, anak-anak kan juga bisa liat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat orangtuanya ciuman. Yang penting itu bukan boleh tidaknya. Tapi anak perlu paham, arti ciuman itu sendiri. Kalau anak nonton di dalam film, jelasin juga tentang aktornya itu main sebagai apa."

"Ya buat apa dilarang? Nanti malah anak penasaran, cari tau sendiri atau nonton sama temennya tanpa dapat penjelasan yang tepat. Apalagi kan anak kamu, Bumi, juga sudah masuk usia preteen kan...."

Ah, bener juga! Ngapain dilarang segala... Justru di sini deh, kesempatan jelasin ke anak. Apa artinya ciuman, siapa yang boleh melakukannya, dan kapan boleh melakukannya. Intinya sih, ini justru bisa dimanfaatin orangtua untuk menanamkan value dalam keluarga.

Di sini, gue juga semakin diingatkan bahwa emang penting punya relasi yang baik sama pasangan. Punya hubungan yang 'sehat' supaya anak juga bisa liat.

Kan, children see, children do.

Nggak cuma itu aja, sih, tentunya termasuk kasih tau soal konsep underwear rules ke anak.


Bahwa tubuhnya adalah milik dia seutuhnya. Jadi orang lain memang nggak boleh seenaknya liat atau nyentuh. Anak perlu paham kalau ada sentuhan yang baik dan nggak. Area mana yang boleh disentuh, mana yang nggak. Kalau merasa nggak nyaman? Ya berhak bilang nggak.

Sama satu lagi, sebagai orangtua to tentu aja perlu membangun kepercayaan anak. Gimana anak bisa percaya dan terbuka soal apa yang ia rasakan. Baik sedih, senang, kecewa ataupun takut. Dan ini sampai sekarang masih terus gue usahakan.


2 komentar: