"Dis... gue hamil. Tapi gue kok, bingung ya... antara seneng dan perasaan yang lainnya campur aduk. Kaya ada perasaan kasihan juga sama anak gue, harus berbagi lagi sama calon adiknya..."
Serius, deh, tiap kali denger ada temen atau saudara yang hamil, gue pasti ikut seneng! Ya... dalam hati sambil ikut berdoa, semoga gue bisa cepet nyusul. Bisa hamil (lagi), gituh 😀😀
Tapi, gara-gara omongan temen gue ini, jadi bikin gue mikir lagi. Gue ini udah bener-bener siap belum ya punya anak lagi? Persoalan punya atau nambah anak itu kan emang perlu direncanakan dengan baik, ya.
Ya, seenggaknya buat gue dan suami.
Kalau nggak, ya, seperti yang dibilang temen gue itu, kehamilan bisa bikin perasaan campur aduk. Masih mending kalau rasa khawatir dan stress cuma secuil. Lah kalau kehamilan cuma bikin pusing tujuh keliling karena nggak siap, gimana cobak?
Nggak bermaksud menolak rezeki atau titipan yang Maha Kuasa, tapi gue cukup paham kalau kehamilan temen gue kali ini memang nggak direncanakan alias kebololan. Jadi timbul kekhawatiran. Kehamilan yang direncanakan dengan baik aja masih bikin ketar ketir, gimana yang hamil tanpa diduga?
Syukurnya temen gue yang satu ini langsung bisa menerima, nggak ada drama berlebihan. Temen gue ini memang tipe perempuan yang luar biasa, deh. Gak pernah macem-macem, dan tipe yang nrimo.
Bukan apa-apa... saat nggak siap untuk hamil lagi, tau kalau kebololan banyak banyak banget, lho, yang malah berujung dengan stress. Malah semacam ada rasa penolakan.
Kalau kaya gini, siapa yang menderita? Kan anaknya juga. Janin yang ada di dalam kandungan.
Alhasil, pasti butuh waktu untuk bisa menerima kondisi kalau sedang hamil.
Cukup dipahami, sih, lah wong, punya anak itu kan bukan perkara punya keturunan aja. Tanggung jawabnya besar dan prosesnya belajarnya pun akan berlangsung seumur hidup.
Tugas orangtua itu menyediakan kebutuhan anak-anak mereka. Nggak cuma nyiapin sandang pangan dan papan, pendidikan yang baik, yang nggak kalah penting itu soal PERHATIAN.
Iya, perhatian ke orangtua ke anak-anaknya. Istilahnya, nih, jangan sampe gitu punya anak banyak tapi nggak bisa kasih perhatian maksimal ke anak-anak nya.
Gue jadi inget cerita Lita a.k.a Nenglita, dulu itu setahu gue keputusannya kan memang mau punya anak satu aja, salah satu alasannya nggak terlepas karena dia khawatir nggak bisa berlaku adil kasih perhatian ke anak-anaknya.
Nggak bisa dipungkiri saat punya anak lebih dari satu, ada kecendrungan orangtua itu pilih kasih. Pilih kasihnya ini sebenernya dilakukan juga tanpa sadar, bukan disegaja.
Waktu ngobrol sama Mbak Ayank Irma, psikolog anak dan remaja, katanya nih sebagai orangtua memang ada kencedrungan punya kesukaan pada salah satu anak.
NAH LHOOOOO
"Istilahnya itu favoritism. Ini bisa disebabkan dari berbagai hal, bisa karena memang ada kelebihan dari segi fisik, atau karena memang kepintaran, atau bisa karena ada keterbatasan perkembangan anak sehingga secara tidak sadar ada kencendrungan orangtua lebih banyak kasih perhatian sehingga anak yang lain bisa merasa diabaikan."
Nggak cuma itu, menurut Mbak Irma, biasanya kondisi seperti ini dirasakan ketika usia anak yang satu dengan yang lain cukup berdekatan. Termasuk kalau jaraknya juga terlalu jauh.
Makanya, perencanaan punya anak itu juga perlu lebih diperhatikan. Apa bener kita sebagai orangtua sudah siap punya anak (lagi) ? Si calon kakak juga gimana, udah siap belum punya adik?
*Bumi yang sering banget tanya, "Aku kapan punya adik, bu?"
Beberapa hari lalu gue sempet nulis artikel di theAsianparent Indonnesia beberapa tanda yang bisa kita lihat kalau anak kita udah siap jadi calon kakak, nggak ada salahnya, ya, gue tulis ulang di sini, ya...
Jadi menurut Mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog anak dan remaja, ada 5 tanda yang bisa memperlihatkan kalau anak kita sudah siap punya adik.
1. Saat anak udah sering bertanya, "Kapan aku punya adik?"
2. Saat anak terlihat happy atau antusias jika diajak melihat atau menjenguk bayi yang baru lahir
3. Saat anak sudah mandiri dalam aktivitas diri sisi usianya
4. Saat anak sudah bisa asyik main sendiri atau beraktivitas sendiri
5. Saat anak sudah bisa mudah ditenangkan kalau sedang emosi, malah kalau bisa saat anak udah nggak ngalamin tantrum.
Nah, kalau merujuk dari penjelasan Mbak Irma atau Mbak Vera, sebenernya risiko terjadi sibling rivalry ini juga disebabkan karena kita, sebagai orangtua kurang peka atau belum menyiapkan si calon kakak dengan baik.
Ya, memang nggak bisa dipukul rata, sih. Toh, banyak juga adik kakak yang usianya beda tipis tapi hubungannya manis banget.
Selain memerhatikan kesiapan si calon kakak, jangan lupa buat lihat ke kondisi kita sendiri. Udah siap belum punya anak lagi? Udah siap belum begadang? Berjuang untuk bisa mengASIhi sampe puting payudara lecet? Udah siap belum waktunya akan tersita ngurus bayi lagi?
Jadi penting banget deh buat berkaca pada diri sendiri. Sebelumnya juga perlu cari tahu kita ini tipe orangtua seperti apa?
Tipe orangtua yang bisa punya anak dengan jarak yang dekat jadi bisa ngerasa capek diawal, atau tipe orangtua yang lebih senang fokus besarin anak satu dulu baru merencanakan hamil ke-2.
Kalau dari segi kesehatan, sih, dokter kandungan banyak yang menyarankan setidaknya perlu nunggu sampai usia 2 atau 3 tahun dulu. Untuk memastikan kesehatan si ibu, tentu sudah lebih siap. Termasuk kondisi alat reproduksinya. Masa kasih ASIX ke calon kakak juga sudah selesai. Sementara dari kacamata psikologis, si calon kakak juga sudah lebih siap.
Tapi ya, ujung-ujungnya punya tambah anak setelah si calon kakak udah besar ataupun masih kecil, dua-duanya mah ada kelebihan dan kekurangnnya. Dan semuanya ini tentu aja perlu diomongin sama pasangan, mau pilih yang mana.
Kebetulan, gue sama suami memang tipe orangtua yang perlu waktu untuk ngerencanain punya anak ke-2.
Kalau gue, sih, nggak kebayang gimana peningnya ngurus dua balita sekaligus. Punya satu balita aja udah pening, hahhahaa. Gimana dua?
Makanya, nggak lama setelah melahirkan Bumi, kami sepakat kalau gue pasang IUD dulu, begitu usia Bumi 3.5 tahun, baru deh, IUD-nya dilepas. Kita berdua merasa kalau memang sudah siap punya anak lagi.
Apa daya, sampai saat ini keinginan untuk punya anak ke-2 belum bisa terealisasi. Semoga disegerakan, ya.... *aamiin...*
Gua juga anak udah tanya ' kapan punya adek" ya udah lah kita buka kandang lagi ya hahaha
BalasHapusHahahahhaa... ayo, kak.... hajar terus. Jangan diberi ampun. Semoga disegerakan, yaaa....
Hapus