Sunat Anak dengan Sedikit Drama, Kok Bisa? - Adisty Titania

Selasa, 03 Juli 2018

Sunat Anak dengan Sedikit Drama, Kok Bisa?

"Ternyata, sunat itu nggak semenyeramkan yang aku bayangkan!"

Komentar ini yang Bumi bilang waktu saya dan bapaknya tanya, "Gimana rasanya disunat?"

Iya, alhamdulillah.... tepat diusianya yang ke-8 tahun, 30 Juni 2018 kemarin, kami berdua udah menunaikan salah satu kewajiban sebagai orangtua. Nyunatin anak! 💃💃💃

Sebenernya, sunat anak ini sudah lama juga, sih, direncanain. Malah, waktu umur Bumi masih 6 tahun, anak ini sudah sok-sokan minta disunat. Waktu itu, memang gara-gara anak ini denger cerita saya soal ada teman yang habis sunatin anaknya, kemudian anaknya dikasih hadiah lego.

Eh, anaknya kemudian termotivasi minta sunat, cuma buat dapetin lego 😀😀

Dan Sabtu kemarin, rencana sunat anak akhirnya kesampean! Alhamdulillahnya lagi, Bumi buat juga kesampean' punya Lego baru.

Hal lain yang paling saya dan bapaknya bersyukur adalah nggak perlu ngadepin drama anak yang mau disunat. Bukan apa-apa, sih... soalnya kami sudah cukup sering denger cerita soal anak sunat yang penuh drama.

Saat mau sunat, anak mulai drama. Saat proses sunat, drama. Ketika kelar sunat, drama juga.

Ya paham, sih, kondisi anak yang drama mau disunat mah, sebenernya wajar benget. Lagian, namanya juga penis mau digunting, ya? Yang  punya penis, bakal khawatirlah! Anak-anak kalau kalau luka karena jatoh aja sering heboh, gimana sunat? 😕

Jangankan anak-anak usia SD, lah, gue aja mau mamografi dan HSG, deg-degan setengah mati. Meskipun kalau ini sih lebih khawatir saat dapetin hasilnya, tapi judulnya tetep aja khawatir. Karena rasa khawatir, cemas, hingga akhirnya ada drama sebenernya mah wajar banget.

Syukurnya proses sunat Bumi ini memang less drama. Less, lho, ya... bukan nggak ada sama sekali!

Sunat anak dengan metode bipolar

 *anaknya langsung main lego begitu sampai di rumah

Jadi saat bulan puasa kemarin, gue dapet referensi sebuah klinik khusus sunat yang pakai metode baru dari salah satu temen gue zaman bocah, Aprillia.

Metodenya apa? Namanya itu bipolar.

Kliniknya ini ada di daerah Bintaro, namanya Surgy Medika, di daerah Bintaro. Alamat lengkapnya, Jl. Boulevard Bintaro Jaya, Ruko Emerald Avenue 1 A.32. Cari di google juga langsung ketemu, kok. Gampang!

Ternyata, teknik ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu, sih. Cuma guenya aja yang telat dan kurang up date soal teknik sunatan anak.

Intinya, teknik bipolar ini sebenernya mirip sunat konvensional. Jadi, sebelum kulit penis dipotong, akan dilakukan pembiusan terlebih dahulu.

Kemarin itu, pertama-tama tindakan Bumi dikasih salep lebih dulu disekitar penis. Nunggu 30 menit dulu, baru tindakan selanjutnya dilakukan. Katanya, sih, salepnya itu bikin mati rasa. Selanjutnya, baru deh, Bumi disuntik. Kemarin itu Bumi 3 kali suntik di area penisnya.

Selanjutnya kulit penis atau kulupnya semacam ditarik ke belakang sampai ujung penisnya itu nongol. Nah, menurut dr. Okkian, dokter spesialis yang tanganin Bumi, proses ini yang sering kali makan waktu.

Soalnya, nggak sedikit kondisi kulup penis anak itu sudah lengket. Kemarin aja menurut dokter kondisinya penis Bumi juga sudah lengket, tapi nggak parah.

Ternyata, usaha gue buat bersihin penisnya belum maksimal. Padahal waktu Bumi masih kecil, enin udah sering wanti-wanti untuk lebih rajin bersihin penisnya. Ya, kalau udah gede kan anaknya emang juga udah malu, ya....

Setelah ujung penisnya nongol, itu kulit kulup semacam ditarik sama dokternya. Baru, deh, digunting. Nah, yang membedakannya sunat metode bipolar ini ternyata di guntingnya. Guntingnya ini ajaib banget, karena memang nggak bikin berdarah sama sekali.

Nggak ada tuh, pemandangan sunat anak dengan penis yang berdarah-darah. Jadi guntingnya itu bikin pembuluh darahnya langsung ketutup. Pas baca di website klinik Surgy Medika, katanya gunting bipolar ini menggabungkan keunggulan pemotongan yang presisi dan hasil yang dapat diprediksi seperti pada sunat konvensional (gunting dan benang), juga keunggulan sunat laser yang minim perdarahan.

Makanya, luka yang dihasilkan diliputi jaringan kulit bisa langsung kering, jadi bisa mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Waktu itu dr. Okkian bilang, "Gunting ini sebenernya digunakan buat operasi besar. Yang gunain untuk sunat, memang baru klinik ini. Karena memang alatnya ini juga harganya mahal."

Satu hal yang gue inget, waktu proses penis digunting, ada asepnya gitu, lho... Spontan aja, dong, tanya ke anaknya, "Sakit nggak, Mas?" Eh, dia jawab nggak.

Nah, begitu proses dijahit, anaknya baru komentar rasanya geli... hihihi...

Seingat gue, proses sunatnya ini juga nggak lama kok. Tindakan yang dilakukan itu bahkan nggak sampe 30 menit, yah.... sekitar 15 sampai 20 menit lah. Begitu kelar, anaknya juga langsung pakai celana lagi. Sarung yang udah dibawa pun jadi nggak kepake. Ya, tapi memang penisnya itu langsung dikasih batok gitu, sih...



Begitu sampai rumah, anaknya juga langsung kegirangan karena bisa langsung nyusun lego idamannya. Begitu kelar, malah nagih jatah main PS karena memang akhir pekan. Alhamdulillah banget, sih, kamaren anaknya itu nggak rewel. Tidur pun pules... ya, meskipun waktu tidur jadi nggak sebebas biasanya, muter area kasur.

Di hari kedua, baru, deh, anaknya mulai ngeluh sakit saat pipis, plus saat dikasih betadine dan diolesin salep. Tapi lagi-lagi, syukurnya nggak sampai nangis. Cuma merintih, thok.

Kok, Bumi hebat baget, sih, bisa sekuat itu?


Kalau dipikir-pikir mungkin Bumi bisa less drama ini karena dia sebelumnya sudah pernah ngerasain operasi besar waktu kena usus buntu.

Jauh hari sebelum disunat, ketika Bumi masih maju mundur untuk disunat, gue sama bapaknya juga sering kali bilang, "Bumi pasti berani dan kuat kok. Inget nggak rasanya waktu oprasi usus buntu gimana? Ditambah sempet DBD? Bumi kan sudah bisa lewatin semua, pasti sunat juga bisa dan kuat!"

Dan bener aja... anaknya bener-bener kuat. Sekarang tingggal gue sama bapaknya yang malah khawatir karena dari kemarin itu penisnya Bumi malah bengkak. Udah konsultasi ke dokternya, katanya, sih, bengkak setelah sunat itu wajar. Dokter malah nyaranin Bumi untuk sering-sering berendem saat mandi.

Oh, iya... metode bipolar ini juga membolehkan penis anak basah, ya. Jadi nggak usah khawatir kalau mau buang air kecil atau besar. Selain itu malah disarankan untuk mandi. Menurut dokternya juga, proses mandi plus berendem ini juga membantu penyembuhan kondisi penis yang bengkak karena sunat.

Ya, inshaAllah emang nggak ada apa-apa, sih... seminggu lagi udah bisa berenang, trus jalan-jalan, deh!

Gimana soal biayanya? 


Waktu dapat rekomendasi dari Aprilia, dia bilang total biayana itu Rp 3,2 juta. Ya... kami pikir segitu masih wajar bangetlah...

Cuma pas gue daftar, ternyata biayanya kenapa nggak sama, ya?

Kemarin itu biayanya sunatan Bumi Rp 4.8 juta. Padahal sebelumnya, pas tanya ke dokter Ricky, yang kebetulan adalah pemilik klinik, biayanya nggak sampai segitu.

Tapi, kok, pas gue telepon langsung ke kliniknya, katanya total biaya Rp. 4.8 juta, Memang, sih, harganya ini akan beda, tergantung dengan dokter umum atau dokter spesialis. Kemarin itu, gue dan suami memang memutuskan untuk pakai dokter spesialis.

Di klinik Surgy Medika itu ada dua dokter spesialis, yang pertama dr. Ricky yang dokter spesialis anestesi, dan yang kedua dr. Okkian yang dokter spesialis bedah.

Nah, gue rasa, sih, bedanya itu karena dokter yang bantu proses sunatan Bumi adalah dokter spesialis bedah. Kemarin itu sempet tanya juga ke dokter dr. Ricky kenapa biaya bisa sampai Rp 4.8 juta, beda dengan informasi awal yang dia berikan.

Jawabannya, "Ya memang sudah beda biayanya, antara dokter umum dengan spesialis memang dibedakan."

Ohhh... baiklah.

Sekarang, mah, yang paling penting, berdoa aja supaya Bumi cepet pulih....

Berdasarkan pengalaman pribadi, ada beberapa hal yang mau gue share dalam rangka persiapin anak sunat.


1. Hal pertama, mah, udah pasti soal nyiapin dananya, ya. Hal ini akan terkait dengan lokasi yang akan dipilih. Mau di Rumah Sakit, Klinik khusus sunat, atau mau pakai kenalan mantri atau perawat yang udah biasa nyunatin anak. Soalnya biayanya emang beragam banget, sih...
2. Cari informasi dan referensi soal metode sunat yang akan dipilih. Pilih yang paling sreg di hati, pikirin plus minusnya. Berhubung gue ini tipe ibu ringkes, nggak mau ribet, bin agak pemalas, gue mencari metode yang nggak menyulitkan. Buat anak dan tentu aja buat gue, dong 💁
3. Jangan sampai maksa anak untuk sunat. Kalau sudah berani, dan mau kasih tahu ke anak alasan kenapa dia mau sunat.
4. Nggak ada salahnya untuk ajak anak ke lokasi tempat dia anak sunat. Paling nggak kasih tahu lewat foto hasil browsing. Kemarin itu Bumi awalnya maunya di Rumah Sakit Cinere karena memang dia sudah familiar dengan RS tersebut. Tapi syukurnya setelah dijelasin, dia paham kenapa sunat di klinik.
5. Kalau bisa pilih momen yang pas saat anak sunat, selain saat anaknya memang mau, jangan lupa pilih waktu yang pas. Misalnya, pas liburan kenaikan kelas seperti sekarang ini
6. Perhatiin kondisi penis anak. Nggak usah malu, bolak balik WA dokternya buat tanya sambil kirim foto kondisi penis anak. Kemudian tanya, "Dok.. kondisi penis seperti normal nggak?" 😁
7. Bolehlah kasih hadiah ke anak karena memang udah berani disunat. Tapi bukan berarti hadiah ini jadi sogokan, ya... Maksa anak sunat dengan iming-iming dapat hadiah.




1 komentar:

  1. Dulu proses penyembuhannya berapa lama sampai benar2 kering?? Kebetulan anak saya juga di khitan dengan metode yg sama..

    BalasHapus