Saking senangnya sama bakso, hampir tiap minggu sering nyeletuk, "Pengen bakso, deh. Cari bakso, yuk!"
Mungkin karena sudah bosan, Bumi juga sering banget jawab, "Ibu tuh doyan banget sih, sama bakso. Nggak mau cari makanan yang lain aja? Bosen tauk!"
Duh, sooowry, Mas Bumi kalau ibu ngecewain. Buat ibu, untuk bakso nggak istilah bosan. Ini beneran!
Kalau nemu bakso kali lima enak, juga pasti nggak bakal nolak. Apalagi kalau makannya ditemenin es kelapa muda dingin. Hadeh, juara banget ini mah!
Nah, belum lama ini gue nemu Instagram Bakso Tigan. Pertama ngeliat, kok, langsung ngiler, ya. Nelen ludah sendiri *eh, nggak. Ini lebay*
Apalagi liat bakso rusuk dan bakso sumsumnya. Tuh, fotonya di atas.
Ngebayangin nyedot tu sumsum aja gue udah napsu banget, hahahhaa. Kebayang gitu gurihnya kaya apa....
Jadi nggak sabar pengen coba. Meskipun udah ada di Go-Food, tapi gue sih, pengen coba langsung dulu. Pasti beda soalnya.
Untungnya Pak suami itu selalu berbaik hati temenin istrinya jajan. Pas diajak makan bakso, doi mau aja. Tapi tetep sambil tanya, "Emang nggak ada di Go-Food?"
Dan kujawab, "Nggak ada..."
Hahhaha, maap, yak, pas liat emang nggak ada, sih.
Jadilah Sabtu siang ini kita bertiga makan bakso tigan. Meskipun lokasinya rada masuk, nggak di pinggir jalan besar, gampang kok nemuinnya. Patokannya ya Gedung Arcadia aja. Ikutin jalan Kebagusan, trus jalan sepat.
Ketemu, deh, si Bakso Tigan!
Begitu sampai, gue langsung ngebatin, "Wooooow..... Tempatnya bagus juga, ya! Tamannya luas, bisa buat anak lari-larian. Ber-AC juga."
Lah, Bumi anak yang rada pemilih soal tempat makan juga bilang, "Tempatnya bagus, ya, Bu. Aku pikir makan bakso di pinggir jalan gitu,".
Hahahhahaa... Sama, aku pun terkejut kalau lokasi bakso tigan ini nyaman. Soalnya sebelum ke sini emang sama sekali nggak browsing dulu. Bener-bener tergoda sama foto2nya aja.
Sama terkejutnya begitu tahu kalau di sana nggak bisa debit. Jadi kudu cash atau transfer. Sementara, token nggak dibawa. Baeklah....
Alhasil, setelah makan suami langsung meluncur cari ATM.
Gimana rasa bakso tigan?
Enyaaaak! Serius enak. Kuahnya itu gurih banget. Tapi gurihnya bukan karena mecin atau MSG. Berasa banget kaldunya.
Kuahnya itu juga bukan model kuah yang bening.... Rada butek gitu. Pak su sempet komentar, "Kuahnya udah pakai kecap, ya?"
Bukan karena manis, tapi pandangan pertama kan bisa langsung lihat kalau kuahnya emang nggak bening. Macam dikasih kecap.
Pas diseruput, enak bingit!
Awalnya kan gue penasaran sama bakso sumsum, tapi yang gue pesen itu malah bakso beranak. Alesannya? Karena selama ini gue emang belum pernah cobain bakso beranak. Mikirnya wareg bin enek duluan karena bakso beranak gede bgt.
Tapi ya sudahlah.... Coba Dulu. Dari pada nyesel, masa seumur hidup ga pernah coba inovasi bakso yang sempet nge-hitz ini.
Bener aja, bakso beranak bakso tigan ini juga gede banget, pas dipotong, kl nggak salah bakso kecilnya ada 5 atau 6 buah. Karena porsinya terlalu banyak, beberapa bakso kecil gue hibahkan ke Pak Su, yang cuma pesen bakso halus. Enaknya, bakso ini juga juga semacam ada tetelan atau uratnya di lapisan bakso yang paling besar.
Sementara Bumi pesen bakso keju. Bakso jumbo keju yang isinya keju cheddar. Menurut gue, sih, bakso kejunya biasa aja. Lah wong, pas dibelah kejunya langsung lumer.
Tapi, kalau baksonya sih, enak. Empuknya pas. Nggak keras, dan nggak terlalu lembek. Bakso kalau terlalu lembek kan juga nggak enak, ya.
Soal harga, pastinya bukan bakso seharga 10 ribu. Tapi setimpal dengan rasanya, kok. Harganya itu sekitar 25 ribu sampai 40 ribuan.
Pilihan baksonya juga lumayan bervariasi, kok. Kalau mau makan nasi, ada pilihan nasi juga. Jadi baksonya dikasih sambal matah. Cukup menggoda, sih.
Meskipun gue ga beli, tapi gue sempat icip sambal matahnya. Soalnya memang disediakan di meja. Selain saus, kecap, garam, dimeja juga ada beberapa pilihan sambel yang bisa dipilih.
Nah, tadi gue sempat ambil sambel cabe iris yang rasanya seger alias sambal matah yang sama. Terus, selain sambal cabe rawit pada umumnya, ada sambal yang penuh minyak. Umh, apa ya istilah sambalnya? Kok, gue lupa.
Pas bayar, gue sempet ngobrol dengan ibu-ibu yang melayani transaksi ini. Ternyata bakso tigan itu artinya bakso nenek.
"Bahasa mana itu, bu?"
"Ini bahasa Medan. Dari kata Tarigan, jadi kalau marga Tarigan, sudah jadi nenek dipanggilnya Tigan..."
"Ooooh.... Gitu. Nah, kalau bakso tigan ini sudah berapa lama, Bu?"
"Baru dari Desember kemarin, kok!"
"Wah, tapi sudah ramai, ya."
"Iya, alhamdulillah sambutannya bagus."
Tapi beneran, deh, pas gue ke sana meja di dalam itu sudah penuh. Di luar juga masih ada yang makan. Rame, sis!
Seenggaknya, buat penggemar bakso macam gue, jadi ada rekomendasi tempat makan bakso enak lain di Jakarta Selatan.
Selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar