Menikah (Tak Hanya) untuk Bahagia - Adisty Titania

Selasa, 26 Februari 2019

Menikah (Tak Hanya) untuk Bahagia

Nikah 50 tahun.

Kebayang nggak kalau bisa sampai di titik itu? Rasanya kaya apa ya?

Lah wong, baru mau memasuki usia pernikahan ke-10 tahun aja rasanya udah gado-gado.

Kadang seneng, kadang bahagia, kadang empet, kadang sebel, kadang bosen, kadang juga ngerasa diabaikan.

Wah, campur aduk lah.

Nah, gimana kalau nikah 50 tahun, coba?

Jadi kemarin tuh, 23 Februari 2019, nyokap dan bokap baru aja ngelewatin ulang tahun pernikahan yang ke-50.


Awalnya, teteh (kakak pertama) kasih usulan untuk ngerayain sambil liburan keluarga, nginep di luar kota. Tapi, dengan alasan nggak mau ngerepotin anaknya, dan sayang dana, nyokap dan bokap malah nolak.

Begitu mereka nolak, lah kok, gue malah yang rada kecewa. Hahahaa... nggak tau apa, ya, anak bontotnya ini gatel? Haus pengen liburan sebentar?

Tapi ya, sudah... lah wong, mereka nggak mau. Lagian kan tujuannya memang mau bikin mereka senang.

Akhirnya, akhir pekan kemarin ngerayain ulang tahun pernikahannya dengan makan siang bareng, lanjut karaoke.

Biar gimana, usia pernikahan 50 tahun kan emang bukan waktu yang singkat. Langka banget ada pasangan suami istri yang bisa ngarayain. Nggak sedikit pasangan suami istri yang nggak punya kesempatan karena jodohnya diputus maut. Ada juga yang nggak bisa ngerasain karena pisah alias cerai.

Apalagi hari gini, angka perceraian banyak banget kan? Faktornya? Beragam! Salah satunya soal pandangan yang selalu menganggap kalau tujuan menikah itu hanya untuk bahagia. Begitu udah ngerasa nggak bahagia, cerai jadi solusi.

Iya, emang, sih.... nikah emang buat bikin bahagia. Salah satu tujuannya memang itu. Kalau udah nggak bahagia? Buat apa diterusin?

Bener, kok.

Tapi.... meskipun terdengar klise, tapi kan emang bahagia itu kita sendiri yang ciptain. Perlu usaha diri sendiri untuk bisa ngerasa bahagia.

Kemarin, setelah kelar makan dan karaoke, kami sempet ngobrol-ngobrol lagi. Iseng-iseng, gue tanya ke bokap dan nyokap, kira-kira apa sih yang bikin pernikahan mereka bisa awet kaya gini?

Meskipun gue tau, mereka juga kadang sering cek cok, tapi ya mereka selalu bisa berdamai lagi.


Menikah = Amanah


"Menikah itu kan amanah juga dari Allah. Jadi memang harus dijaga. Ayah juga berusaha jaga mamah, anak-anak, sebagai amanah," gitu jawaban bokap.

Terus, bokap juga lanjutin lagi, "Seingat ayah, sepanjang nikah, ayah juga nggak pernah mukul mamah, nyakitin fisik. Karena memang dalam agama kan juga tidak membolehkan...."

Lucunya, kemarin itu bokap belum kelar ngomong, tiba-tiba aja nyokap bilang, "Pernah kok, ayah pernah mukul mama pakai guling. Pertama kalinya ayah mukul mama pakai guling, nggak lama nikah. Tapi waktu itu ayah lagi mimpi.... begitu sadar dan bangun, ayah langsung minta maap dan ciumin mama,"

*uhuk uhuk...

Hahahhaahaha....

Terus menurut bokap dan nyokap, salah satu hal yang perlu dijaga dalam pernikahan itu soal kejujuran. Ngomong apa adanya. Hal ini pun berlaku soal finansial.

"Ya, apa-apa emang harus terbuka. Jujur satu sama lain."

Nikah selama 50 tahun, mereka berdua juga ngakuin kalau itu semua nggak mudah. Perlu perjuangan buat ngelewatin dan bisa tetap bertahan.

Menikah = Lari Marathon


Abis ngobrol sama bokap dan nyokap, tiba-tiba gue jadi inget, zaman di Mommies Daily pernah nulis soal bagaimana menciptakan soulmate. Kalau ada yang berpikiran kalau saat nikah, mungkin tandanya soulmate kita sudah ditemukan, nyatanya nggak sepenuhnya bener.

Sama kaya perasaan bahagia, soulmate itu juga nyatanya perlu diciptakan.

Bingung? Awalnya gue juga, hahahahha.

Tapi menurut Indra Noveldy, memertahankan pernikahan, saat sudah ketemu sosok yang dijadikan pasangan hidup, sama artinya kita itu perlu berusaha keras dan berjuang menciptakan belahan jiwa masing-masing.

Maka dalam sebuah pernikahan, proses menciptakan soulmate berlangsung terus menerus. Nggak bisa berhenti sampai pada suatu titik.

Soal prosesnya, nggak perlu ditanya lagk lah, ya.... pasti nggak mudah. Ada rasa sakit, pahit ataupun rasa kecewa. Tapi itu memang perjalanan yang harus dilalui.
Selain itu, pernikahan juga ternyata bisa dianalogikan dengan lari marathon. Perjalananannya panjang untuk bisa mencapai garis finish.

Awalnya lari dengan semangat 45, begitu beberapa km, eh, udah ngos-ngosan. Begitu lari lagi, bisa jadi tinggal sendirian. Temen-temen yang lain udah pada nggak keliatan. Kepikiran deh buat nyerah. Semangat juang mulai terkikis.

Faktanya, bisa bertahan nikah selama 50 tahun, emang butuh kerja keras. Semangat juang yang harus dimulai dari diri sendiri.

Paling nggak, buat gue pribadi, perjalanannya masih panjang banget.

Sekali lagi, selamat ulang tahun pernikahan yang ke-50 buat enin dan aki. Semoga tambah bahagia....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar