Jadi, ya, beberapa hari lalu pas pulang kerja selain disambut dengan
pelukan hangat Mas Bumi, anak gue ini langsung cerita. Dengan suara berapi-api,
dia bilang,
"Ibuuuu... aku lupa cerita. Semalam itu aku mimpi indah banget." | "Oh, ya? Mimpi apa memangnya?" | "Aku mimpi punya adik perempuan. Aku seneng banget banget." | Aamiin... mudah2an. Kita sama2 berdoa, ya." | "Coba aja kalau pas bangun tidur, aku beneran punya adik. Pasti aku seneng banget. Kenapa sih, bu, mimpi itu ibu bilang bunga tidur? Kenapa nggak jadi kenyataan? Kenapa, buuuu?"
"Ibuuuu... aku lupa cerita. Semalam itu aku mimpi indah banget." | "Oh, ya? Mimpi apa memangnya?" | "Aku mimpi punya adik perempuan. Aku seneng banget banget." | Aamiin... mudah2an. Kita sama2 berdoa, ya." | "Coba aja kalau pas bangun tidur, aku beneran punya adik. Pasti aku seneng banget. Kenapa sih, bu, mimpi itu ibu bilang bunga tidur? Kenapa nggak jadi kenyataan? Kenapa, buuuu?"
*anak kecil ini udah seringbanget minta adik*
Mendengar pertanyaan model begini, gue sih pengennya bilang, "Karena mimpi itu gratis, Mas Bumi. Gak perlu usaha dan biaya. Sementara kalau bikin adik itu kan perlu usaha. Ibu sama bapak perlu 'bikin' dulu". Hahahhahaa....
Tapi, apa, iya gue jawab begitu? Ya, nggak mungkin dong,
ya.... Akhirnya gue pun cuma jawab, "Ya, memang mimpi itu cuma 'bunga'
tidur. Supaya tidur Mas Bumi jadi tambah nyenyak."
Untungnya, setelah jawab seperti itu Bumi nggak penasaran sehingga obrolan masalah ini pun akhirnya tuntas. Ngomongin masalah Bumi pengen punya adik, sebenernya gue pun
punya keinginan yang sama. Dan sepertinya, sih, suami juga gitu. Buktinya waktu
dipancing untuk bulan madu (lagi). Dia hoo' ooh, hoo' ooh aja.
Nyokap gue pun termasuk 'bawel' soal yang satu ini. Pertanyaan
semacam, "Dis, kamu udah umur
berapa? Nggak pengen punya anak lagi?", "Dis, kamu nggak mau periksa
ke dokter?" dan rentetan pertanyaan lainnya sering banget mampir di
kuping. Bahkan, nyokap pun pernah menyarankan gue untuk minum pil
KB. Katanya, "Setelah minum beberapa bulan, kamu berhenti. Siapa tahu
nanti jadi subur."
Uuumh... jujur aja, sih, begitu mendengar saran nyokap ini
gue sempat tergiur mau coba. Ya, namanya juga usaha kan? Jadi nggak ada
salahnya dicoba. Lagi pula berdasarkan pengalaman beberapa teman, setelah rutin
minum KB, dan kemudian berhenti,
kondisinya memang cepat ‘isi’.
Tapi, apa iya ini berlaku buat gue? Jangan-jangan malah bisa
merusak hormon. Kekhawatiran ini pun akhirnya sempet gue tanyaain ke dokter kandungan gue, dr.Soemadi
SpOG. Gue memang sempat periksa dan konsultasi mengenai keinginan gue untuk
hamil. Tapi, namanya juga dokter ini tipe yang lempeng banget, jadi rasa khawatir
gue semuanya seakan dibantah.
“Dok, saya sudah lama buka spiral, nih, tapi belum juga
hamil.” | “Ya, memang belum rezeki. Coba aja terus, ya... | “Jangan-jangan saya
nggak subur, ya, dok? Atau kondisi suami atau saya mungkin yang kurang subur?” | “Kurang
subur gimana, itu kan sudah punya anak....” | “Oooo... mungkin saya kegendutan kali, ya, dok. Jadi memang perlu untuk diet? | “Nggak perlu, kok... makan
makanan yang sehat aja, ya.”
Nah, kan. Kurang lempeng apa coba???? Gue jadi rada bingung
sendiri, apakah yang gue terlalu parno atau doktermya yang terlalu santai? Begitu
gue tanya apakah mungkin dengan cara minum pil KB lalu berhenti dengan harapan
setelah itu bisa subur, dr. Soemanadi justu menyarankan nggak usah ambil
langkah itu. Menurutnya, dengan minum pil KB lalu berhenti dikhawatirkan justru
bisa merusak hormon.
Uuumh... bisa jadi, sih, ya. Karena penjelasannya sangat masuk akal, gue pun akhirnya memutuskan untuk nggak minum pil KB. Ya, sudah.. saya pun kembali pasrah dan nggak mau ngoyo. Hingga akhirnya gue ketemu dengan dr.Yusfa Rasyid,SpOG. Waktu itu, gue memang mau wawancara soal ngASI sebagai alat kontrasepsi alami buat di Mommiesdaily.
Setelah ngobrol ngalor ngidul, gue pun akhirnya mencoba mempertanyakan hal yang sama, boleh nggak, sih, minum pil KB buat 'pancingan'?
Ternyata, dokter kandungan yang satu ini memang membenarkan kalau sampai sekarang masih banyak orang yang percaya dan mencoba untuk minum pil KB dalam rangka berupaya untuk hamil.
"Sebenarnya hal ini memang masih suka dilakukan oleh tenaga bidan atau oleh teman-teman yang memang modalitas modalitas kesehatan tidak terlalu baik, fasilitas modalitas diagnostiknya terbatas. Misalnya nggak ada lab. Ketika perempuan minum Pil KB, memang bisa memungkinkan dinding rahimnya jadi menebal sehingga menstruasinya lebih teratur. Di kasih Pil KB yang mengandung anti anogren ternyata membuat testosteronnya menurun, setelah putus minum obat ovulasinya jadi lebih baik. Jadi memang ada dua kemungkinan, minum Pil KB bisa menyebabkan ovulasi lebih baik dan ada kemungkinan membuat dinding rahim lebih tebal, Jadi ya bisa saja sebenarnya, setelah berhenti minum jadi lebih subur."
"Wah, jadi nggak apa-apa dok? Minum pil KB untuk pancingan? Sebenarnya yang saya tanyakan ini masalah pengalaman pribadi, sih, dok."
*kemudian saya pun curhat kalau sudah dua tahun setelah membuka spiral, saya belum juga kunjung hamil*.
"Jadi kamu sudah coba minum belum?"
"Belum, dok...."
Sambil senyum dokter ganteng ini pun menerangkan bahwa sebenarnya selain bisa mencoba untuk minum Pil KB, justru ada beberapa hal yang perlu lebih gue perhatikan berkaitan karena sudah menggunakan sprial.
Apa saja?
Sambil senyum dokter ganteng ini pun menerangkan bahwa sebenarnya selain bisa mencoba untuk minum Pil KB, justru ada beberapa hal yang perlu lebih gue perhatikan berkaitan karena sudah menggunakan sprial.
Apa saja?
"Pada pemakaian spriral, setelah tidak menggunakannya lagi yang perlu dicek itu adalah apakah ada kenaikan berat badan atau tidak, apakah menstruasi berjalan dengan teratur, lalu cek saluran telur. Salah satu efek samping dari pemakaian spiral adalah terjadinya infeksi, yang bisa menyebabkan saluran telur jadi tersumbat. Untuk itulah pastikan dulu apakah saluran telurnya masih baik atau tidak. Ada infeksi atau tidak dalam dinding rahim. Kalau perlu lakukan pemeriksaan HSG. Kalau begitu kamu perlu cek saluran lebih dulu. Setelah diperiksa, dan tidak ada infeksi baru suami yang lanjutkan dengan pemeriksaan."
Kalau soal kenaikan berat badan, ini sih memang sudah pasti, ya. Lah wong bukanta berat badan turun, timbangan gue naik melulu. Bahkan berat badan gue sekarang ini sama kata waktu gue hamil 9 bulan. Kurang parah apa coba? Sedangkan untuk masalah siklus bulanan, sebenernya sih nggak perlu dikhawatirkan karena memang berjalan normal dan tanggalnya juga sering melenceng,
Begitu denger efek samping yang terakhir, rada ketar ketir juga, sih. Tapi, waktu itu dokter Yusfa sempat menenangkan dengan bilang kalau skala terjadinya infeksi setelah menggunakan alat kontrasepsi spriral nggak terlalu besar, kok. Sayangnya, saya malah lupa tanya detailnya. Mungkin lain waktu kalau bertemu dengannya lagi, gak ada salahnya buat gue tanya.
Kalau begitu, lebih baik mana, ya, langsung coba minum pil KB sebagai salah satu alat 'pancing', atau periksa saluran telur?
Eh, sudah ada yang berhasil pakai pancingan pil KB buat hamil? Coba ini, tolong kasih pencerahan ke gue :D
Kalau soal kenaikan berat badan, ini sih memang sudah pasti, ya. Lah wong bukanta berat badan turun, timbangan gue naik melulu. Bahkan berat badan gue sekarang ini sama kata waktu gue hamil 9 bulan. Kurang parah apa coba? Sedangkan untuk masalah siklus bulanan, sebenernya sih nggak perlu dikhawatirkan karena memang berjalan normal dan tanggalnya juga sering melenceng,
Begitu denger efek samping yang terakhir, rada ketar ketir juga, sih. Tapi, waktu itu dokter Yusfa sempat menenangkan dengan bilang kalau skala terjadinya infeksi setelah menggunakan alat kontrasepsi spriral nggak terlalu besar, kok. Sayangnya, saya malah lupa tanya detailnya. Mungkin lain waktu kalau bertemu dengannya lagi, gak ada salahnya buat gue tanya.
Kalau begitu, lebih baik mana, ya, langsung coba minum pil KB sebagai salah satu alat 'pancing', atau periksa saluran telur?
Eh, sudah ada yang berhasil pakai pancingan pil KB buat hamil? Coba ini, tolong kasih pencerahan ke gue :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar