Yaa, ampun….kayanya baru kemarin Lita kasih kabar kalau Mommies Daily butuh penulis yang bisa temenin Lita buat jagain gawang, lah tau-tau sekarang udah empat tahun aja di Mommies Daily. Sementara Lita udah melalang buana ke sana ke mari :D
Terus, nggak bosan kerja di tempat yang sama selama 4 tahun lebih? Masih betah aja jadi Editor di Mommies Daily? :D
Mungkin ada orang yang
bertanya-tanya mengenai hal ini. Iya, tanggal 1 Februari 2017 kemarin, saya
sudah kerja di Mommies Daily selama 4 tahun. Lama, ya! Bahkan dalam sejarah
hidup, Mommies Daily jadi kantor terlama saya selama ini.
Sekedar flash
back, dulu, setelah lulus kuliah sempat kerja sebagai marketing di
perusahaan broker. Hahahaha… nggak usah ditanya deh, ngapain saja di sana. Karena selama 3 bulan kerja, bisa dibilang cuma magabut saja. Setiap hari kerjaannya nggak Jauh-jauh dari telepon orang yang berpotensi untuk main saham. Bikin jadwal ketemuan untuk
prospek, syukur-syukur ada yang jebol. Kenyataannya selama kerja nggak ada
nyantol dan mau menginvestasikan dananya, hahahaha… Emang saya nggak bakat buat jualan.
Setelah itu baru, deh, memulai perjalanan dunia jurnalistik dengan jadi reporter Harian Artis. Koran yang isinya berita hiburan yang harus bersaing dengan infotaiment. Iya… waktu
itu kerjaan saya nggak jauh-jauh dari memantau berita artis. Sayangnya, karena
persaingan yang begitu ketat, Harian Artis cuma bisa bertahan nggak lebih dari
satu tahun. Tapi seenggaknya dari sana banyak pelajaran yang bisa diambil, kok.
Sampai saat ini saya
masih jatuh hati dengan dunia jurnalistik, pekerjaan yang menurut saya nggak
pernah bikin bosen. Gimana mau bosen, lha wong, kerjaannya enak luar biasa. Beneran deh, menurut saya kerja di media terlebih media lifestyle dan
parenting seperti sekarang sangat menyenangkan.
Coba bayangin, siapa
sih, yang nggak senang punya kesempatan bertemu dan kenalan sama orang baru
yang kompeten dibidangnya macam dokter atau psikolog? Siapa juga yang nolak untuk
jalan-jalan gratis untuk meliput sebuah acara? Ya, meskipun sampai detik ini
belum punya kesempatan bisa keliling dunia seperti pak suami, toh, gue tetap
bersyukur karena udah bisa jalan-jalan ke luar kota dan luar negeri karena
perjalanan dinas.
Belum lagi job desc
lainnya seperti datang ke acara press screening, dapat kesempatan nonton duluan
sebelum filmnya tayang di bioskop. Review restoran atau hotel. Ngikutin talkshow yang isinya berfaedah buat
anak dan keharmonisan keluarga. Termasuk dapat rezeki nomplok dapat door
prize, ahahahaha… Eh, kalau ini kayanya saya emang kurang hoki, deh.
Seumur-umur kerja di media, baru dapat doorpize nggak lebih dari 3 kali. Tapi intinya, banyak banget, deh yang bikin betah kerja di media. Umh… salah satunya
soal jam kerja yang sangat fleksibel. Secara sekarang udah jadi ibu-ibu,
yaaaa….
Makanya, kalau ada orang
atau temen yang nawarin kerja di tempat lain atau bidang lain, pertimbangannya
banyaaak banget! Karena kerja itu nggak semata-mata ukurannya gaji. Toh, kalau
emang ukurannya soal uang, kan bisa cari side job-an di luar :D
Kalau banyak yang bilang
saya sudah keenakan berada di zona nyaman, mungkin emang benar. Lagian, memang
salah bekerja di zona nyaman?
Menurut saya, sih,
nggak. Selama ini bisa mencari hal-hal baru, siap terima tantangan baru, pasti
selalu ada yang bikin kita tetap terus semangat kerja. Selain itu ketika
sudah berada di zona nyaman rasanya emang penting untuk melakukan evaluasi diri
supaya hasil kerjaan lebih baik. Perlu diakui, kalau saya ini termasuk orang
yang cenderung kurang well organize. Apa-apa terlalu dibawa santai. Mungkin
prinsip paling pas gambarin kondisi saya ini semacam let's do it the most comfortable way. Dari zaman sekolah, nyokap sering bilang saya ini mirip kaya
kucing mau pup, kalau sudah kebelet, baru sibuk ngorek-ngorek tanah :D
Dan ini yang sebenernya
ini jadi PR terbesar saat ini yang perlu dibenahin.
Mungkin saat ini karier
saya memang belum sebagus orang lain, termasuk teman-teman semasa sekolah dulu
yang sudah hampir mencapai puncaknya. Bukannya nggak kepengen punya karier yang
bagus. Siapa juga, sih, yang mau kariernya stagnan? Tapi setidaknya masih banyak hal yang bisa disyukuri, karena bisa
menekuni profesi yang sesuai panggilan hati seperti saya ini tentu merupakan
salah satu anugerah.
Karena saya tau memang
nggak semua orang seberuntung saya. Pelajaran penting yang bisa saya ambil dari
sini adalah, kita sebagai orangtua memang sama sekali nggak bisa memaksakan
kehendak dengan memilihkan profesi buat anak-anak kelak. Karena profesi sebenarnya persoalan panggilan hati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar